Keping Darah (Trombosit) adalah bagian dan beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang yang berbentuk cakram bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari. Trombosit merupakan bagian darah yang berperan dalam proses pembekuan darah, bentuk trombosit tidak beraturan, tidak memiliki inti sel, serta berukuran kecil.
a. Fungsi Trombosit Fungsi trombosit yaitu membekukan darah sehingga tidak banyak darah yang terbuang percuma saat terjadi pendarahan. University of munich mengungkapkan bahwa trombosit juga berfungsi untuk mendorong respon daya tahan tubuh. Dengan kata lain, trombosit juga berfungsi untuk memperkuat daya tahan tubuh. Protein penting yang disebut faktor pembekuan sangat penting untuk proses pembekuan. Kendati trombosit sendiri bisa menutup kebocoran pembuluh darah kecil dan untuk sementara menghentikan atau memperlambat pendarahan, dengan adanya faktor pembekuan darah menghasilkan penggumpalan yang kuat dan stabil.
Trombosit dan faktor pembekuan bekerja sama untuk membentuk benjolan padat (disebut bekuan darah) untuk menutup kebocoran, luka-luka, atau goresan dan untuk mencegah pendarahan di dalam dan pada permukaan tubuh kita. Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Trombosit dalam keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melewati aliran darah. Namun, dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh, trombosit tertarik ke daerah tersebut sebagai respons terhadap kolagen yang terpajang di lapisan subendotel pembuluh.
Trombosit melekat ke permukaan yang rusak dan mengeluarkan beberapa zat (serotonin dan histamin) yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh. Penimbunan trombosit yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke jaringan atau sumbat menjadi sangat besar, sehingga lepas dari tempat semula dan mengalir ke hilir sebagai suatu embolus dan menyumbat aliran ke hilir. Guna mencegah pembentukan suatu emboli, maka trombosit-trombosit tersebut mengeluarkan bahan-bahan yang membatasi luas penggumpalan mereka sendiri. Bahan utama yang dikeluarkan oleh trombosit untuk membatasi pembekuan adalah prostaglandin tromboksan A2 dan prostasiklin 12. Tromboksan A2 merangsang penguraian trombosit dan menyebabkan vasokonstriksi lebih lanjut pada pembuluh darah. Sedangkan prostasiklin 12 merangsang agregasi trombosit dan pelebaran pembuluh, sehingga semakin meningkatkan respons trombosit.
b. Penyebab Trombosit Turun Penurunan trombosit hingga di bawah batas normal memang kerap diidentikkan dengan demam berdarah, khususnya di kalangan awam. Padahal tidak selamanya demikian. Dalam keadaan normal, trombosit dalam darah mencapai 150 ribu-450 ribu/mm3. Dalam keadaan tidak normal, trombosit yang berperan dalam pembekuan darah ini bisa turun. Keadaan ini disebut dengan trombositopenia, yakni trombosit berada dalam keadaan rendah. Demam berdarah hanyalah salah satu penyakit yang ditandai oleh kadar trombosit turun. Menurut Prof dr Zubairi Djoerban SpPD KHOM, ahli hematologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)/RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), trombosit rendah bisa disebabkan oleh bermacam hal. Tapi secara garis besar, penyebab trombosit turun karena dua hal yaitu kerusakan trombosit di peredaran darah, atau kurangnya produksi trombosit di sumsum tulang.
Selain demam berdarah, ada beberapa penyakit lain yang ditandai oleh penurunan kadar trombosit. Demam berdarah merupakan jenis kerusakan trombosit yang populer di masyarakat. Menurut kepala divisi HematologiOnkologi Medik Bagian Penyakit Dalam FKUI/RSCM ini, penyebab kerusakan trombosit dalam DB adalah infeksi. Selain demam berdarah, infeksi yang juga menjadi penyebab trombosit turun adalah tifus. Kerusakan trombosit juga bisa terjadi pada penyakit ITP (Immunologic Thrombocytopenia Purpura). Ini merupakan penyakit auto-imun di mana zat anti yang dibentuk tubuh malah menyerang trombosit. ”Melalui mekanisme imunologi tadi, trombosit menjadi berkurang,” jelas Zubairi. Pada ITP, gejalanya bisa berupa bercak-bercak perdarahan di kulit. Sementara pada DB, penderita mengalami demam dan penurunan trombosit tapi berangsur normal dalam delapan hari. ”Jika (trombosit rendah) lebih dari delapan hari, kita harus pikirkan kemungkinan yang lain. Salah satunya adalah ITP,” jelas hematolog yang juga dikenal sebagai salah satu dari sedikit pakar AIDS di Indonesia ini. Penurunan kadar trombosit juga bisa ditemui dalam kasus DIC (Disseminated Intravascular Coagulation). Biasanya, ini terjadi pada pasien dengan penyakit berat. ”Seperti pasien dengan sirosis hati, shock, infeksi kuman apapun dalam darah yang berat sekali, serta penyakit lupus,”.
Trombosit turun bisa juga dikarenakan produksi yang kurang. Penyakitnya bisa berupa anemia aplastik. Anemia aplastik terjadi jika sel yang memproduksi butir darah merah yang terletak di sumsum tulang, tidak dapat menjalankan tugasnya. ”Pada anemia aplastik, trombosit yang rendah juga disertai leukosit yang rendah sehingga sumsum tulangnya kosong,” jelas Zubairi. Selain anemia aplastik, trombosit yang rendah juga kerap ditemui pada penderita penyakit leukemia. Sering juga ditemui pada penderita penyakit mielofibrosis.
c. ITP (Immunologic Thrombocytopenia Purpura) ITP merupakan penyakit yang cenderung menyerang wanita. Penderita harus hidup ekstra hati-hati, menghindari pencetus kekambuhan. Sebab salah langkah sedikit saja bisa menyebabkan pendarahan hebat. Secara harafiah, Idipathic berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keeping darah (trombosit).
Thrombosit berperan dalam pembekuan darah. Sedangkan purpura berarti luka memar. Secara medis ITP diartikan suatu kelainan pada sel pembekuan darah, yakni trombosit yang jumlahnya menurun sehingga menimbulkan pendarahan. Pendarahan yang terjadi umumnya pada kulit berupa bintik merah hingga ruam kebiruan. Selain itu terkadang bisa terjadi mimisan dan gusi berdarah. Menurut dr. Imam Nito, SpPD, penyebab dari ITP tidak diketahui dengan pasti. Mekanisme yang terjadi melalui pembekuan antibody yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati. Normalnya seseorang memiliki trombosit 150-450 ribu per kilometer darah. Pada penderita kelainan ini jumlah trombosit turun jauh dari normal, bisa hanya 20 ribu atau 25 ribu per kilometer darah. ITP ada dua jenis, yakni ITP akut dan kronik. Untuk membedakan antara keduanya ialah batasan waktu. Jika sembuh dibawah 6 bulan disebut akut. Sedangkan bila lebih dari 6 bulan disebut kronik.
ITP akut sering terjadi pada anak-anak usia 2-8 tahun, akan sembuh dalam waktu 6 bulan. Sedangkan ITP kronik biasanya menyerang wanita usia reproduksi, yakni di bawah 35 tahun. Namun belakangan ITP juga bisa menimpa pria. Hanya prosentasenya sangat kecil, sekitar dua persen. Tidak diketahui dengan pasti mengapa penyakit ini lebih sering menyerang wanita.
Sekalipun ini ditandai adanya pendarahan di kulit berupa bintik-bintik merah hingga ruam kebiruan. Jika kondisinya berat bisa terjadi mimisan atau gusi berdarah. Menegakkan diagnosis ITP dengan pemeriksaan laboratorium. Dari hasil laboratorium itu akan diketahui jumlah trombosit menurun dan pada pemeriksaan BMP (bone marrow puncture)terdapat sel megakariosit.
Menurunnya jumlah trombosit pada penderita ITP, orang awam sering menyalah tafsirkan sebagai demam berdarah.
Hal itu terjadi sebab penyakit popular yang ditandai penurunan trombosit ialah demam berdarah. Meski sama-sama ditandai gejala penurunan jumlah trombosit, tetapi keduanya sangat berbeda. Karena itu jangan sampai salah membedakan ITP dengan demam berdarah. Yang membedakan antara keduanya ialah proses terjadinya kerusakan trombosit. Kerusakan trombosit pada demam berdarah disebabkan adanya infeksi kuman dengue. Kuman ini ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aegypti betina. Sedangkan kerusakan trombosit pada ITP karena diserang oleh zat antibody yang dibentuk oleh tubuh itu sendiri sehingga jumlah trombosit menjadi berkurang.
Pembeda lainnya, pada ITP gejalanya berupa bercak-bercak kemerahan atua ruam kebiruan di kulit. Sedangkan demam berdarah bila sudah parah berupa bintik-bintik merah terutama di badan. Sementara pada demam berdarah, penderita mengalami demam dan penurunan trombosit tapi berangsur normal dalam delapan hari. Jika trombosit rendah lebih dari delapan hari, harus dipikirkan kemungkinan yang lain. Salah satunya adalah ITP. ITP jarang menyebabkan kematian. Kecuali pada trombosit rendah. Pasien terpeleset dan jatuh sehingga terjadi pendarahan otak. Risiko yang paling buruk terjadi ialah pendarahan misalnya mimisan.
Hal itu akan cepat teratasi jika segera mendapat pengobatan. ITP umumnya tidak memerlukan pengobatan serius. Tetapi bila terjadi pendarahan dan jumlah trombosit menurun hingga dibawah 20 ribu mikro liter maka dianjurkan untuk tranfusi trombosit.
Pengobatan lain yang dapat diberikan adalah dengan pemberian kortikosteroid, dan obat ini dihentikan bila jumlah trombosit sudah meningkat. Penderita ITP perlu menghindari obat-obatan yang dapat meningkatkan terjadinya pendarahan, seperti aspirin. Perlu juga menghindari benturan yang membuat luka.
Bila jumlah trombosit sudah normal, penderita akan kembali bugar seperti sediakala dan mampu melakukan aktivitas seperti biasa. Namun penderita harus tetap waspada. Penyakit ini mudah sekali kambuh.
a. Fungsi Trombosit Fungsi trombosit yaitu membekukan darah sehingga tidak banyak darah yang terbuang percuma saat terjadi pendarahan. University of munich mengungkapkan bahwa trombosit juga berfungsi untuk mendorong respon daya tahan tubuh. Dengan kata lain, trombosit juga berfungsi untuk memperkuat daya tahan tubuh. Protein penting yang disebut faktor pembekuan sangat penting untuk proses pembekuan. Kendati trombosit sendiri bisa menutup kebocoran pembuluh darah kecil dan untuk sementara menghentikan atau memperlambat pendarahan, dengan adanya faktor pembekuan darah menghasilkan penggumpalan yang kuat dan stabil.
Trombosit dan faktor pembekuan bekerja sama untuk membentuk benjolan padat (disebut bekuan darah) untuk menutup kebocoran, luka-luka, atau goresan dan untuk mencegah pendarahan di dalam dan pada permukaan tubuh kita. Trombosit berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Trombosit dalam keadaan normal bersirkulasi ke seluruh tubuh melewati aliran darah. Namun, dalam beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh, trombosit tertarik ke daerah tersebut sebagai respons terhadap kolagen yang terpajang di lapisan subendotel pembuluh.
Trombosit melekat ke permukaan yang rusak dan mengeluarkan beberapa zat (serotonin dan histamin) yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh. Penimbunan trombosit yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke jaringan atau sumbat menjadi sangat besar, sehingga lepas dari tempat semula dan mengalir ke hilir sebagai suatu embolus dan menyumbat aliran ke hilir. Guna mencegah pembentukan suatu emboli, maka trombosit-trombosit tersebut mengeluarkan bahan-bahan yang membatasi luas penggumpalan mereka sendiri. Bahan utama yang dikeluarkan oleh trombosit untuk membatasi pembekuan adalah prostaglandin tromboksan A2 dan prostasiklin 12. Tromboksan A2 merangsang penguraian trombosit dan menyebabkan vasokonstriksi lebih lanjut pada pembuluh darah. Sedangkan prostasiklin 12 merangsang agregasi trombosit dan pelebaran pembuluh, sehingga semakin meningkatkan respons trombosit.
b. Penyebab Trombosit Turun Penurunan trombosit hingga di bawah batas normal memang kerap diidentikkan dengan demam berdarah, khususnya di kalangan awam. Padahal tidak selamanya demikian. Dalam keadaan normal, trombosit dalam darah mencapai 150 ribu-450 ribu/mm3. Dalam keadaan tidak normal, trombosit yang berperan dalam pembekuan darah ini bisa turun. Keadaan ini disebut dengan trombositopenia, yakni trombosit berada dalam keadaan rendah. Demam berdarah hanyalah salah satu penyakit yang ditandai oleh kadar trombosit turun. Menurut Prof dr Zubairi Djoerban SpPD KHOM, ahli hematologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)/RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), trombosit rendah bisa disebabkan oleh bermacam hal. Tapi secara garis besar, penyebab trombosit turun karena dua hal yaitu kerusakan trombosit di peredaran darah, atau kurangnya produksi trombosit di sumsum tulang.
Selain demam berdarah, ada beberapa penyakit lain yang ditandai oleh penurunan kadar trombosit. Demam berdarah merupakan jenis kerusakan trombosit yang populer di masyarakat. Menurut kepala divisi HematologiOnkologi Medik Bagian Penyakit Dalam FKUI/RSCM ini, penyebab kerusakan trombosit dalam DB adalah infeksi. Selain demam berdarah, infeksi yang juga menjadi penyebab trombosit turun adalah tifus. Kerusakan trombosit juga bisa terjadi pada penyakit ITP (Immunologic Thrombocytopenia Purpura). Ini merupakan penyakit auto-imun di mana zat anti yang dibentuk tubuh malah menyerang trombosit. ”Melalui mekanisme imunologi tadi, trombosit menjadi berkurang,” jelas Zubairi. Pada ITP, gejalanya bisa berupa bercak-bercak perdarahan di kulit. Sementara pada DB, penderita mengalami demam dan penurunan trombosit tapi berangsur normal dalam delapan hari. ”Jika (trombosit rendah) lebih dari delapan hari, kita harus pikirkan kemungkinan yang lain. Salah satunya adalah ITP,” jelas hematolog yang juga dikenal sebagai salah satu dari sedikit pakar AIDS di Indonesia ini. Penurunan kadar trombosit juga bisa ditemui dalam kasus DIC (Disseminated Intravascular Coagulation). Biasanya, ini terjadi pada pasien dengan penyakit berat. ”Seperti pasien dengan sirosis hati, shock, infeksi kuman apapun dalam darah yang berat sekali, serta penyakit lupus,”.
Trombosit turun bisa juga dikarenakan produksi yang kurang. Penyakitnya bisa berupa anemia aplastik. Anemia aplastik terjadi jika sel yang memproduksi butir darah merah yang terletak di sumsum tulang, tidak dapat menjalankan tugasnya. ”Pada anemia aplastik, trombosit yang rendah juga disertai leukosit yang rendah sehingga sumsum tulangnya kosong,” jelas Zubairi. Selain anemia aplastik, trombosit yang rendah juga kerap ditemui pada penderita penyakit leukemia. Sering juga ditemui pada penderita penyakit mielofibrosis.
c. ITP (Immunologic Thrombocytopenia Purpura) ITP merupakan penyakit yang cenderung menyerang wanita. Penderita harus hidup ekstra hati-hati, menghindari pencetus kekambuhan. Sebab salah langkah sedikit saja bisa menyebabkan pendarahan hebat. Secara harafiah, Idipathic berarti tidak diketahui penyebabnya. Thrombocytopenic berarti darah yang tidak cukup memiliki keeping darah (trombosit).
Thrombosit berperan dalam pembekuan darah. Sedangkan purpura berarti luka memar. Secara medis ITP diartikan suatu kelainan pada sel pembekuan darah, yakni trombosit yang jumlahnya menurun sehingga menimbulkan pendarahan. Pendarahan yang terjadi umumnya pada kulit berupa bintik merah hingga ruam kebiruan. Selain itu terkadang bisa terjadi mimisan dan gusi berdarah. Menurut dr. Imam Nito, SpPD, penyebab dari ITP tidak diketahui dengan pasti. Mekanisme yang terjadi melalui pembekuan antibody yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati. Normalnya seseorang memiliki trombosit 150-450 ribu per kilometer darah. Pada penderita kelainan ini jumlah trombosit turun jauh dari normal, bisa hanya 20 ribu atau 25 ribu per kilometer darah. ITP ada dua jenis, yakni ITP akut dan kronik. Untuk membedakan antara keduanya ialah batasan waktu. Jika sembuh dibawah 6 bulan disebut akut. Sedangkan bila lebih dari 6 bulan disebut kronik.
ITP akut sering terjadi pada anak-anak usia 2-8 tahun, akan sembuh dalam waktu 6 bulan. Sedangkan ITP kronik biasanya menyerang wanita usia reproduksi, yakni di bawah 35 tahun. Namun belakangan ITP juga bisa menimpa pria. Hanya prosentasenya sangat kecil, sekitar dua persen. Tidak diketahui dengan pasti mengapa penyakit ini lebih sering menyerang wanita.
Sekalipun ini ditandai adanya pendarahan di kulit berupa bintik-bintik merah hingga ruam kebiruan. Jika kondisinya berat bisa terjadi mimisan atau gusi berdarah. Menegakkan diagnosis ITP dengan pemeriksaan laboratorium. Dari hasil laboratorium itu akan diketahui jumlah trombosit menurun dan pada pemeriksaan BMP (bone marrow puncture)terdapat sel megakariosit.
Menurunnya jumlah trombosit pada penderita ITP, orang awam sering menyalah tafsirkan sebagai demam berdarah.
Hal itu terjadi sebab penyakit popular yang ditandai penurunan trombosit ialah demam berdarah. Meski sama-sama ditandai gejala penurunan jumlah trombosit, tetapi keduanya sangat berbeda. Karena itu jangan sampai salah membedakan ITP dengan demam berdarah. Yang membedakan antara keduanya ialah proses terjadinya kerusakan trombosit. Kerusakan trombosit pada demam berdarah disebabkan adanya infeksi kuman dengue. Kuman ini ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aegypti betina. Sedangkan kerusakan trombosit pada ITP karena diserang oleh zat antibody yang dibentuk oleh tubuh itu sendiri sehingga jumlah trombosit menjadi berkurang.
Pembeda lainnya, pada ITP gejalanya berupa bercak-bercak kemerahan atua ruam kebiruan di kulit. Sedangkan demam berdarah bila sudah parah berupa bintik-bintik merah terutama di badan. Sementara pada demam berdarah, penderita mengalami demam dan penurunan trombosit tapi berangsur normal dalam delapan hari. Jika trombosit rendah lebih dari delapan hari, harus dipikirkan kemungkinan yang lain. Salah satunya adalah ITP. ITP jarang menyebabkan kematian. Kecuali pada trombosit rendah. Pasien terpeleset dan jatuh sehingga terjadi pendarahan otak. Risiko yang paling buruk terjadi ialah pendarahan misalnya mimisan.
Hal itu akan cepat teratasi jika segera mendapat pengobatan. ITP umumnya tidak memerlukan pengobatan serius. Tetapi bila terjadi pendarahan dan jumlah trombosit menurun hingga dibawah 20 ribu mikro liter maka dianjurkan untuk tranfusi trombosit.
Pengobatan lain yang dapat diberikan adalah dengan pemberian kortikosteroid, dan obat ini dihentikan bila jumlah trombosit sudah meningkat. Penderita ITP perlu menghindari obat-obatan yang dapat meningkatkan terjadinya pendarahan, seperti aspirin. Perlu juga menghindari benturan yang membuat luka.
Bila jumlah trombosit sudah normal, penderita akan kembali bugar seperti sediakala dan mampu melakukan aktivitas seperti biasa. Namun penderita harus tetap waspada. Penyakit ini mudah sekali kambuh.
No comments:
Post a Comment