Sunday, January 28, 2018

Malnutrisi penyebab Marasmus dan Kwashiorkor dan Bagaimana terapi serta cara mengatasinya?

BLOK DDT                                                                                                   LAPORAN PBL
                                                                                                      24 Mei 2017

SKENARIO 3
















 Disusun oleh:



Tutor :













      

DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................. i
KELOMPOK PENYUSUN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 5
SKENARIO........................................................................................ 5
STEP 1................................................................................................. 6
STEP 2................................................................................................. 7
STEP 3................................................................................................. 8
STEP 4................................................................................................. 11
STEP 5................................................................................................. 12
STEP 6 ................................................................................................ 13
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 14
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 38





Bab I. Pendahuluan
Skenario
Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa ke puskesmas oleh ibunya dengan keluhan pembengkakan pada tubuh sejak 3 minggu yang lalu. Sebelumnyania sering mengalami pilek dan batuk. Keluhan ini disertai dengan adanya bercak-bercak pada seluruh kulit tubuhnya. Ia juga menjadi cengeng dan kurang nafsu makan. Karena kesulitan ekonomi orang tuanya, keluarga mereka hanya makan bila ayahnya membawa uang atau sisa hasil panen dari lading tuannya. Sehari-hari ayahnya hanya bekerja sebagai buruh bangunan. Pada pemeriksaan fisikditemukan berat badan 9kg, tinggi badan 75 cm, indeks Z score kurang dari -3. Pitting edema diekstremitas bawah, rambut tipis dan merah seperti jagung dan mudah rontok serta adanya crazy pavement dermatosis. Ditemukan hepatomegali pada pemeriksaan abdomen, serta wasting hebat.










Step 1 identifikasi kata sukar dan kalimat kunci
Kata sukar:
1.      Pitting edema: edema yang kembalinya lama saat ditekan
2.      Crazy pavement dermatosis: kelainan kulit berupa hipopigmentasi berwarna outih
3.      Wasting: suatu keadaan malnutrisi yang tampak pada bagian cekungan tubuh. Misalnya pada bagian kepalan tangan, cekungan clavicula serta celah iga.
4.      Indeks Z score kurang dari -3: gizi buruk’
Kata/ kalimat kunci:
1.      Anak laki-laki 3 tahun
2.      Pembengkakan pada seluruh tubuh
3.      Sejak 3 minggu lalu
4.      Sering mengalami pilek dan batuk
5.      Ada bercak pada seluruh tubuh
6.      Cengeng dan kurang nafsu makan
7.      Hanya makan bila ayahnya membawa uang atau hasil panen majikan
8.      BB 9kg, TB 75 cm
9.      Indeks Z score kurang dari -3
10.  Pitting edema ekstremitas bawah
11.  Rambut tipis dan warna merah muda seperti rambut jagung
12.  Hepatomegali
13.  Wasting hebat



Step 2. Mengidentifikasi Masalah
1.      Patomekanisme edema
2.      Hubungan malnutrisi dengan pitting edema
3.      Menjelaskan indeks Z score
4.      Hubungan malnutrisi dengan hepatomegali
5.      Apa yang menyebabkan dia bengkak
6.      Tatalaksana malnutrisi
7.      Penyebab tanda-tanda pada skenario ( rambut merah, edema)
8.      Pemberian obat rasional













Step 3 Menjawab pertanyaan
1.      Intake protein yang kurang menyebabkan asupan protein berkurang, hal ini menyebabkan protein plasma pun ikut mengalami penurunan, salah satunya yaitu albumin yang merupakan protein plasma terbanyak dalam tubuh.
Kekurangan albumin menyebabkan terjadinya penurunan volume plasma menyebabkan penurunan kadar CO. adanya penurunan kadar plasma menyebabkan tekanan arteri serta RBF dan GFR menurun sehingga adanya kompensasi untuk melakukan ekstravasasi cairan dan peningkatan sistem angiotensin, akan tetapi beban filtrasi air dan garam menurun karena kurangnya intake makanan sebekumnya. Tubuh menyekresi aldosterone sehingga terjadi peningkatan reabsorbsi air dan garam sehingga terjadi penumpukan cairan pada bagian perifer terutama bagian kaki akibat dari gravitasi maka pada bagian bawah tubuh lebih sulit untuk cairan berdifusi ketempat yang lebih tinggi (kepala)
2.      Malnutrisi yang disebabkan karen kurangnya asupan makanan seperti karbohidrat, protein, lemak serta mineral yang dibutuhkan dalam tubuh akan menimbulkan berbagai macam komplikasi salah satunya adalah edema kerena retensi cairan perifer. penumpukan cairan pada bagian perifer terutama bagian kaki akibat dari gravitasi maka pada bagian bawah tubuh lebih sulit untuk cairan berdifusi ketempat yang lebih tinggi (kepala).
Penentuan derajat edeme penting untuk menentukan jumlah cairan yang diberikan.
3.      Indeks z score
No
Kategori status gizi
Ambang batas Z score
1
Gizi buruk
<-3SD
2
Gizi kurang
-3SD -<-2SD
3
Gizi baik
-2SD – 2SD
4
Gizi lebih
>2SD
4.      Kekurangan intake protein menyebabkan terjadinya penumpukan lemak pada hati, selain itu akibat dari adanya hipoalbuminemia menyebabkan kerja hati untuk pembentukan albumin yang dipakai sehingga kerja hati ditingkatkan sehingga terjadi peningkatan sel hati yang menyebabkan terjadinya hepatomegali atau pembesaran hati akibat sel hati yang  telah bertambah untuk memnuhi asupan albumin yang kurang.
5.      Penyebabnya adalah
-Malnutrisi
-Penumpukan cairan
-Beban filtrasi garam meningkat
-Ekstravasasi cairan
6.      Tatalaksana malnutrisi adalah sebagai berikut
·         Memperbaiki intake nutrisi bayi
·         Peran orang tua untuk control makan sesuai dengan aturan
·         Pengaturan intake bayi diperbaiki
7.      Penyebab dari tanda-tanda pada skenario adalah dikarenakan malnutrisi yang terjadi memberikan efek pada seluruh tubuh akibat dari kurangnya protein sehingga terjadi hipopigmentasi akibatnya keratin pada rambut tidak diekspresikan dengan baik dan menyebabkan warna rambut merah jagung. Karena albumin yang berkurang sehingga rambut pun kehilangan pigmennya.
Adanya bercak merah terjadi karena danya tekanan pada tubuh, hal ini terjadi karena kurangnya kolagen.
8.      Pemberian obat rasional dan edukasi pasien sebagai berikut:
·         Pemberian makanan lunak bertahap ke makanan yang keras dengan asupan sedikit bertahap bertambah
·         50 kkal/ hari/ kgBB
·         8-10 kali perhari, perbanyak waktu makan dengan asupan yang sedikit.
·         Susu sebagai sumber protein utama
·         Perhatikan jumlah intake cairan per kalori
·         Pemberian vitamin A, B, C,  Mg, KCl
·         Peran orangtua sangat pernting dalam hal ini

















Beban air dan garam menyebabkan sekresi aldosterone sehingga terjadi peningkatan reabsorbi air dan garam sehingga terjadi penumpukan cairan
 

Gizi buruk
Kurang intake protein, karbohidrat, lemak
 

Hipopigmentasi menyebabkan rambut merah dan mudah rontok.
Hipoalbuminemia menyebabkan hepatomegali
 

Hubungan sign pada skenario
 
Step 4 Mind Mappin

Penyebab Edema
 

Indeks Z score
 
Oval: Pemfis: Hepatomegali dan Wasting

Keluhan edema seluruh tubuh sejak 3 minggu lalu. Anak cengeng, kurang nafsu makan,becak, rambut merah jagung mudah rontok, crazy pavement dermatosis
 
g

Anak laki laki3 tahun, dibawa ibunya ke RSUD
 
 



                                         














Pengobatan rasional
 
 




Step 5
1.      Mengetahui cara tatalaksana gizi buruk
2.      Menjelaskan terapi rasional obat
3.      Menjelaskan Farmakodinamik dan Farmakokinetik dalam ketidakseimbangan nutrisi
4.      Menjelaskan Penilaian Nutrisi (Nutritional Assessment)
5.      Menjelaskan Edukais pasien













Step 6
Belajar Mandiri

















Bab II. Pembahasan
Step 7. Menjelaskan Learning Objective
1.      Penatalaksanaan Gizi buruk
a.       Mencegah dan mengatasi hipoglikemi.Hipoglikemi jika kadar gula darah < 54 mg/dl atau ditandai suhu tubuh sangat rendah,kesadaran menurun, lemah, kejang, keluar keringat dingin, pucat. Pengelolaan berikan segera cairan gula: 50 ml dekstrosa 10% atau gula 1 sendok teh dicampurkan ke air 3,5 sendok makan, penderita diberi makan tiap 2 jam, antibotik, jika penderita tidak sadar, lewat sonde. Dilakukan evaluasi setelah 30 menit, jika masih dijumpai tanda-tanda hipoglikemi maka ulang pemberian cairan gula tersebut.1
b.       Mencegah dan mengatasi hipotermi. Hipotermi jika suhu tubuh anak < 35oC , aksila 3 menit atau rectal 1 menit. Pengelolaannya ruang penderita harus hangat, tidak ada lubang angindan bersih, sering diberi makan, anak diberi pakaian, tutup kepala, sarung tangan dan kaos kaki, anak dihangatkan dalam dekapan ibunya (metode kanguru), cepat ganti popok basah, antibiotik. Dilakukan pengukuran suhu rectal tiap 2 jam sampai suhu > 36,5oC, pastikan anak memakai pakaian, tutup kepala, kaos kaki.2
c.       Mencegah dan mengatasi dehidrasi. Pengelolaannya diberikan cairan Resomal (Rehydration Solution for Malnutrition) 70-100 ml/kgBB dalam 12 jam atau mulai dengan 5 ml/kgBB setiap 30 menit secara oral dalam 2 jam pertama. Selanjutnya 5-10 ml/kgBB untuk 4-10 jam berikutnya, jumlahnya disesuaikan seberapa banyak anak mau, feses yang keluar dan muntah. Penggantian jumlah Resomal pada jam 4,6,8,10 dengan F75 jika rehidrasi masih dilanjutkan pada saat itu. Monitoring tanda vital, diuresis, frekuensi berak dan muntah, pemberian cairan dievaluasi jika RR dan nadi menjadi cepat, tekanan vena jugularis meningkat, jika anak dengan edem, oedemnya bertambah.3
d.      Koreksi gangguan elektrolit. Berikan ekstra Kalium 150-300mg/kgBB/hari, ekstra Mg 0,4-0,6 mmol/kgBB/hari dan rehidrasi cairan rendah garam (Resomal).4
e.       Mencegah dan mengatasi infeksi. Antibiotik (bila tidak komplikasi : kotrimoksazol 5 hari, bila ada komplikasi amoksisilin 15 mg/kgBB tiap 8 jam 5 hari. Monitoring komplikasi infeksi ( hipoglikemia atau hipotermi)5
f.       Mulai pemberian makan. Segera setelah dirawat, untuk mencegah hipoglikemi, hipotermi.6

Penentuan gizi di sebutkan dalam table sebagai berikut:







Tabel 1. Penentuan status gizi
Sumber: gizi.depkes.go.id > uploads > 2012/057
Penatalaksanaan gizi buruk menurut Depkes tahun 2012 ada beberapa rencana:
a.       Rencana I: Pemberiancairandanmakananuntukstabilisasi (renjatan/syok, Letargisdanmuntah/diare/dehidrasi.


Tabel 2. Rencana I
            Sumber: gizi.depkes.go.id > uploads > 2012/057

b.      Rencana II : pemberian cairan dan makanan untuk stabilisasi (Letargis dan muntah/diare/dehidrasi)
Tabel 3. Rencana II
             Sumber: gizi.depkes.go.id > uploads > 2012/057
c.       Rencana III : pemberiancairandanmakananuntukstabilisasi (muntahdanataudiareataudehidrasi)
Tabel 4. Rencana III
                Sumber: gizi.depkes.go.id > uploads > 2012/057
d.      Rencana IV : pemberiancairandanmakananuntukstabilisasi (Letargis)

Tabel 5. Rencana IV
              Sumber: gizi.depkes.go.id > uploads > 2012/057
e.       Rencana V : pemberiancairandanmakananuntukstabilisasi (penderita gizi buruk tidak menunjukan tanda bahaya atau tanda penting tertentu)

Tabel 6. Rencana V
             Sumber: gizi.depkes.go.id > uploads > 2012/057
2.      Terapi Obat Rasional
Gizi buruk merupakan salah satu masalah yang serius, dan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mencukupi gizi balita. Gizi buruk merupakan dampak dari berbagai macam penyebab seperti rendahnya tingkat pendidikan, kemiskinan, ketersediaan pangan, social budaya, dan lain-lain. Perawatan balita gizi buruk dapat dilaksanakan di Puskesmas Perawatan atau  Rumah Sakit dengan Tim Asuhan Gizi  yang terdiri dari dokter, nutrisionis/dietisien dan perawat, perawatan untuk balita gizi buruk dilakukan dengan 10 langkah tata laksana  anak gizi buruk pertama meliputi fase stabilisas untuk  mencegah / mengatasi hipoglikemia, hipotermi  dan dehidrasi, kedua fase transisi, ketiga fase rehabilitasi untuk tumbuh pertumbuhan.8
Nutrisi mempunyai peran penting seperti memberikan makanan-makanan tinggi kalori, protein dan cukup vitamin-mineral untuk mencapai status gizi optimal. Penanganan untuk  nutrisi gizi buruk:8
1.       diawali dengan pemberian makanan secara teratur, bertahap,  porsi kecil, sering dan mudah diserap.
2.      Frekuensi pemberian dapat dimulai setiap 2 jam kemudian ditingkatkan 3 jam atau 4 jam 8
3.      Penting diperhatikan aneka ragam makanan, pemberian ASI, makanan, mengandung minyak, santan, lemak dan buah-buahan.
4.      Selain itu faktor lingkungan juga penting dengan mengupayakan pekarangan rumah menjadi taman gizi.
5.      Perilaku harus diubah menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS) dengan memperhatikan makanan gizi seimbang, minum tablet besi selama hamil, pemberian ASI eksklusif, mengkonsumsi garam beryodium dan memberi bayi dan balita kapsul vitamin A5

PENGATURAN DIET8
a. Fase Stabilisasi8
Peningkatan jumlah formula diberikan secara bertahap pada fase ini dengan tujuan untuk memberikan makanan awal supaya anak dalam kondisi stabil.

b. Fase Transisi8
Anak mulai stabil pada fase ini dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.




c. Fase Rehabilitasi8
Terapi nutrisi pada fase ini yaitu untuk mengejar pertumbuhan anak. Dengan diberikan setelah anak sudah bisa makan.




PENETALAKSANAAN GIZI BURUK:8
a.       Mencegah dan juga mengatasi hipoglikemi. Dikatakan hipoglikemi jika kadar gula darah mencapai < 54 mg/dl yang juga diikuti dengan suhu tubuh yang rendah, lemah, kesadaran menurun, kejang, pucat, keluar keringat. Segera berikan cairan gula: 50 ml dekstrosa 10% atau gula 1 sendok teh dicampurkan ke air,  diberikan makan tiap 2 jam sebanyak 3,5 sendok makan, antibotik, jika penderita tidak sadar, lewat sonde. Lakukan evaluasi setelah 30 menit, dan jika masih dijumpai tanda-tanda hipoglikemi maka ulang pemberian cairan gula tersebut.
b.      Mencegah dan mengatasi hipotermi. Anak yang mengalami Hipotermi jika suhu tubuh anak < 35 derajar celcius, rectal 1 menit atau axilla 3 menit. Ruangan penderita harus tidak terdapat lubang-lubang angin, dan bersih. Anak juga dapat dihangatkan dalam dekapan ibunya.
c.       Mencegah dan juga mengatasi dehidrasi. Anak  diberi cairan Resomal (Rehydration Solution for Malnutrition) 70-100 ml/kgBB dalam 12 jam atau mulai dengan 5 ml/kgBB setiap 30 menit yang dilakukan secara oral dalam 2 jam pertama. Dan selanjutnya 5-10 ml/kgBB untuk 4-10 jam berikutnya,
d.      Koreksi gangguan elektrolit. Anak diberikan ekstra Kalium 150-300mg/kgBB/hari, ekstra Mg 0,- 0,6 mmol/kgBB/hari dan juga rehidrasi cairan rendah garam (Resomal)
e.       Mencegah dan mengatasi infeksi. Dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik.
f.        Mulai melakukan  pemberian makan.
g.      Koreksi kekurangan zat gizi mikro. Dengan cara diberikan setiap hari minimal 2 minggu suplemen multivitamin.
h.      Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang anak. Kebanyakan dapat menggunakan mainan sebagai stimulasi.
i.        Mempersiapkan untuk tindak lanjut dirumah. Pertama-tama yaitu dengan beritahu kepada orang tua anak frekuensi dan jumlah makanan, selain itu juga dengan diberikan terapi bermain anak.


3.      Farmakokinetik dan Farmakodinamik pada Ketidakseimbangan Nutrisi
Distribusi obat dibatasi  oleh  ikatan  obat pada protein  plasma,  hanya  obat bebas yang  dapat berdifusi  dan  mencapai  keseimbangan.  Ikatan  protein  pada obat akan mempengaruhi  intensitas  kerja, lama kerja, dan eliminasi  obat. Bahan obat yang  terikat  pada protein  plasma  tidak dapat berdifusi  dan pada umumnya tidak  mengalami  biotransformasi  dan  eliminasi.  Sebenarnya  hanya  zat  aktif yang  tidak terikat dengan  protein  plasma  yang dapat berdifusi  dan memberikan efek  farmakologis,  sedangkan  kompleks  zat  aktif  dengan  protein  tidak  dapat melintasi  membran,  namun  kompleks  ini  hanya  bersifat  sementara.9,10
Apabila molekul  zat  aktif  yang  bebas  telah  dimetabolisme  atau  ditiadakan  maka, kompleks  ini  akan melepaskan  bentuk  zat bebasnya.Derajat  ikatan  obat dengan  protein  plasma  ditentukan  oleh  afinitas  obat terhadap protein,  kadar obat, dan kadar proteinnya  sendiri.  Pengikatan  obat oleh protein  akan berkurang  pada malnutrisi  berat karena adanya defisiensi  protein. Walaupun  ikatan  antara  zat aktif  dan protein  plasma  tidak terlalu  kuat, namun tidak  disangsikan  lagi  bahwa  fenomena  tersebut  berperan  pada distribusi  zat aktif  dalam  jaringan,  karena  konsentrasi  zat  aktif  dalam  cairan  interstitial ekstraselular  dapat lebih  rendah dari konsentrasi  dalam  plasma. 9,10
Albumin  adalah  protein  plasma  yang  paling  banyak  (40  g/L).  Albumin tersebut  memungkinkan  terjadinya  ikatan  pada sebagian  besar senyawa  obat, terutama  dalam  bentuk  anion  (asam  asetil  salisilat,  sulfonamide,  dan  anti vitamin  K ). Bentuk kation  juga mempunyai  afinitas  yang tidak dapat diabaikan. 9,10
Peran globulin  tidak terlalu  nyata dan hanya  berpengaruh  pada senyawa tertentu seperti  steroida  dan tiroksin.  Protein  lain  yang  dapat berinteraksi  dengan  obat yaitu  α1- Asam glikoprotein  (orosomukoid),yaitu  suatu  globulin  (BM > 44.000 Da). 9,10  
Protein  ini  memiliki  konsentrasi  plasa  yang  rendah  (0.4  - 1  %), dan mengikat  obat- obat basa kationik  seperti  propanolol,  imipramin, dan lidokain. Globulin  (α- , β- , δ -  globulin)  bertanggungjawab  untuk  transport  dalam  plasma dari  bahan - bahan  endogen  seperti  kortikosteroid,  globulin  ini  mempunyai kapasitas  yang  rendah  tapi  afinitas  tinggi  terhadap  bahan  endogen  tersebut. Eritrosit  juga  dapat  berikatan  dengan  obat  (Terdiri  dari  kurang  lebih  45% volume  darah). Protein  ini  dapat berikatan  baik dengan  senyawa  endogen  dan eksogen,  seperti Fenitroin,  Fenobarbital,  dan Amobarbital. 9,10

4.      Penilaian Status Gizi Anak
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut : 11,12,13,14
a.       Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah  adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang  mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur  adalah  dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan.11
b.      Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan  yang menurun. Berat badan ini  dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan  berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu.12
C.     Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran  fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan  kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan  sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan  keadaan   berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga  indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi  Badan)  jarang dilakukan karena perubahan tinggi  badan yang lambat dan biasanya  hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun.11
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh. Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan  keadaan gizi kurang bila  dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi  kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius  dan berhubungan langsung dengan  angka kesakitan.11,12,13
No
Indeks yang dipakai
Batas Pengelompokan
Sebutan Status Gizi
1
BB/U
 < -3 SD
Gizi buruk


 - 3 s/d  <-2 SD
Gizi kurang


 - 2 s/d +2 SD
Gizi baik


 > +2 SD
Gizi lebih
2
TB/U
 < -3 SD
Sangat Pendek


 - 3 s/d  <-2 SD
Pendek


 - 2 s/d +2 SD
Normal


 > +2 SD
Tinggi
3
BB/TB
 < -3 SD
Sangat Kurus


 - 3 s/d  <-2 SD
Kurus


 - 2 s/d +2 SD
Normal


 > +2 SD
Gemuk
Tabel 7 Penilaian  Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB  Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS
Sumber : Depkes RI. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 200411
Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan.2
No
Indeks yang digunakan
Interpretasi
BB/U
TB/U
BB/TB





1
Rendah
Rendah
Normal
Normal, dulu kurang gizi

Rendah
Tinggi
Rendah
Sekarang kurang ++

Rendah
Normal
Rendah
Sekarang kurang +
2
Normal
Normal
Normal
Normal

Normal
Tinggi
Rendah
Sekarang kurang

Normal
Rendah
Tinggi
Sekarang lebih, dulu kurang
3
Tinggi
Tinggi
Normal
Tinggi, normal

Tinggi
Rendah
Tinggi
Obese

Tinggi
Normal
Tinggi
Sekarang lebih, belum obese
Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :
Rendah   : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS 
Normal   : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi    :  > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tabel 8. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB  Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
Sumber : Depkes RI. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 200411
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan  mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan,  hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :


Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

 
 



Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000  oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan berdasarkan  gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 8.  
Age
Standard Deviations
Yr
Mth
-3sd
-2sd
-1sd
Median
+1sd
+2sd
+3sd
15
0
31.6
39.9
48.3
56.7
69.2
81.6
94.1
Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
                                                 Table 9. beratanak 15 tahun WHO-NCHS
                           Sumber: Depkes RI. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 200411
                                                                             
Stature
Standard Deviations
Cm
-3sd
-2sd
-1sd
Median
+1sd
+2sd
+3sd
145
0
24.8
28.8
32.8
36.9
43.0
49.2
55.4
Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
Table 10.  berat laki laki 145 cm in Height from WHO-NCHS
Sumber : Depkes RI. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 200411

Statur  e
Standard Deviations
Yr  mth
-3sd
-2sd
-1sd
Median
+1sd
+2sd
+3sd
15
0
144.8
152.9
160.9
169.0
177.1
185.1
193.2
Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
Tabel 11. (cm) usia 15 year from WHO-NCHS
Sumber: Depkes RI. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 200411
Jadi untuk indeks BB/U adalah
= Z Score = ( 60 kg – 56,7 ) / 8.3 =  + 0,4 SD
            = status gizi baik
Untuk IndeksTB/U adalah
= Z Score = ( 145 kg – 169 ) / 8.1 =  - 3.0 SD
            = status gizi  pendek
Untuk Indeks BB/TB adalah
            = Z Score = ( 60 – 36.9 ) / 4 =  + 5.8 SD
            = status gizi gemuk
Definisi Operasional Status Gizi
Sebenarnya untuk mendefinisikan operasional status gizi ini dapat dilakukan di klinik kesehatan swasta maupun pemerintah yang menyediakan  pengukuran status gizi, namun demikian yang perlu diketahui masyarakat adalah  pengertian dan pemahaman dari status gizi anak, selanjutnya ketika mengunjungi klinik gizi hasilnya dapat segera diketahui termasuk upaya-upaya mempertahankan status gizi yang baik.

Status Gizi Anak adalah  keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri4 dan dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB
Indikasi pengukuran dari variabel ini  ditentukan oleh :
a.       Penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) Dilakukan oleh petugas klinik gizi sesuai  dengan syarat-syarat penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan yang baik dan benar penggunaan timbangan berat badan dan meteran tinggi badan (mikrotoise)
b.      Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan Pengukuran TB,  kemudian dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil dari data identitas anak pada sekolah masing-masing, dengan ketentuan 1 bulan adalah 30 hari dan 1 tahun adalah 12 bulan.
1)      Kriteria objektifnya dinyatakan dalam rata-rata dan jumlah Z score simpang baku (SSB) induvidu dan kelompok sebagai presen terhadap median baku rujukan2. Untuk menghitung SSB dapat dipakai rumus :
Dimana :   
NIS                 : Nilai Induvidual Subjek
NMBR                        : Nilai Median Baku Rujukan
                  NSBR             : Nilai Simpang Baku Rujukan

Hasil pengukuran dikategorikan sbb
1.      Untuk BB/U
a.       Gizi Kurang                Bila SSB   < - 2 SD
b.      Gizi Baik                     Bila SSB   -2 s/d +2 SD
c.       Gizi Lebih                   Bila SSB   > +2 SD
2.      TB/U
a.       Pendek                                    Bila SSB  < -2 SD
b.      Normal                        Bila SSB  -2 s/d +2 SD
c.       Tinggi                          Bila SBB   > +2 SD
3.      BB/TB
a.       Kurus                          Bila SSB   <  -2 SD
b.      Normal                        Bila SSB  -2 s/d +2 SD
c.       Gemuk                        Bila SSB   > +2 SD

Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri,1 Dan dikategorikan seperti yang ditunjuukan pada tabel 3
Interpretasi
Indeks yang digunakan
BB/U
TB/U
BB/TB
Normal, dulu kurang gizi
Rendah
Rendah
Normal
Sekarang kurang ++
Rendah
Tinggi
Rendah
Sekarang kurang +
Rendah
Normal
Rendah
Normal
Normal
Normal
Normal
Sekarang kurang
Normal
Tinggi
Rendah
Sekarang lebih, dulu kurang
Normal
Rendah
Tinggi
Tinggi, normal
Tinggi
Tinggi
Normal
Obese
Tinggi
Rendah
Tinggi
Sekarang lebih, belum obese
Tinggi
Normal
Tinggi
Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :
Rendah   : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS 
Normal   : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi    :  > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tabel 12 Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks  (BB/U,TB/U, BB/TB  Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
Sumber: Depkes RI. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 200411

5. Edukasi dan pencegahan pada malnutrisi
Beberapa cara untuk edukasi dan mencegah terjadinya gizi buruk pada anak yaitu:15
1.      Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2.      Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya : untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3.      Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4.      Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5.      Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.


Kesimpulan
          Seorang anak laki-laki 6 tahun menderita malnutrisi tipe kwashiorkor. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah pemberian cairan dan makanan untuk stabilisasi, selain itu diberikan antibiotik sebagai profilaksis. Pantau apakah ada perbaikan jika membaik, berikan edukasi pada ibu tentang cara memberikan stimulasi sensorik, dukungan emosional, pemberian makanan sebagi tindak lanjut dirumah bagi anak gizi buruk.dan mengontrol perkembangan gizi anak.



DAFTAR PUSTAKA

  1. Muller, Michael Krawinkel. Malnutrition and Health in Developing Countries. CMAJ • AUG. 2, 2005; 173 (3) 279. CMA Media Inc. or its licensors.
  2. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina KesehatanMasyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Pedoman Respon Cepat Penanggulanngan Gizi Buruk , 2008
  3. Yayasan Pemantau Hak Anak (YPHA). Lingkaran Setan Gizi Buruk: Ketika Negar Kembali Gagal Menjamin Hak Hidup Anakanak, 2009, Available www.ypha.go.id
  4. Anonim-1. Early Detection and Referral of Children with Malnutrition. British Medical Bulletin. 2008.
  5. Anonim-2. Deteksi Dini Anak Gizi Buruk Dan Tindak Lanjutnya. 2009, Available www.ypha.or.id/files/Lingkaran_setan.pdf
  6. Anonim-3. Gizi Buruk . Available from: www.malukuprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=66:giziburuk& catid=47:kesehatan&Itemid=, Kamis 07-