Seperti halnya pada semua sel, anoksia pada sel ginjal mengakibatkan penekanan pada penyimpanan energi, perubahan gradien elektrolit, disrupsi dari actin cytoskeleton, aktivasi pospolipase dan perubahan ekspresi gen. Hipoksia ginjal menginduksi hilangnya polaritas epitel sepanjang tubulus proksimal dan induksi selektif fragmentasi DNA pada gen growth-response (memicu apoptosis) sepanjang medullary thick limbs. Jejas iskemi pada vaskular ginjal mengakibatkan peningkatan aktifitas renovaskular dan merupakan predesposisi iskemi sekunder akibat hipotensi selama fase pemulihan pada gagal ginjal akut. Iskemia juga menginduksi antigen histokompatibilitas pada sel tubulus ginjal dan intercellular adhesion molecules pada sel endotel menyebabkan agregasi trombosit dan netrofil. Kerusakan akibat anoksia sepanjang tubulus ditentukan oleh lebih mudahnya terjadi hipoksia pada berbagai segmen nefron dan gradien oksigen jaringan. Glomerulus dan collecting ducts mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap keadaan hipoksia. Namun tubulus proksimal dan distal secara intrinsik lebih peka terhadap hipoksia. Gradien oksigen intrarenal lebih berperan pada kerusakan tubulus in vivo. Gradien oksigen intrarenal setelah iskemia ginjal mencerminkan distribusi jejas tubulus ginjal (Sastrawan, 2008)
Medula ginjal bagian luar merupakan tempat utama kerusakan ginjal karena adanya hipoksia regional dan tubulus yang rentan terhadap hipoksia. Sedangkan medula bagian dalam mempunyai daya tahan yang lebih baik. karena struktur anatominya dan kebutuhan metabolismenya lebih rendah. Korteks bukan merupakan target karena lokasinya paling jauh dari asupan oksigen dan strukturnya susceptible (Shanley, 1986) Fragmentasi dan pembengkakan sel merupakan respon tubulus terhadap hipoksia. Perbedaan respon terhadap hipoksia berhubungan dengan perbedaan fungsi antara segmen-segmen nefron (Brezis,1993).
Derajat atrofi tubulus dan fibrosis interstisial, berhubungan dengan beratnya gagal ginjal. Fibrosis meningkat pada penyakit ginjal kronis yang berasal dari hipoksia intrarenal akibat peningkatan konsumsi oksigen pada nefron remnant. Hipoksia menyebabkan peningkatan ekspresi antigen dan pelepasan sitokin pada tubulus yang merangsang pembentukan kolagen intrarenal. Tidak ada alat yang dapat mengukur aliran darah atau oksigen intrarenal, sehingga hal ini hanya dapat diukur secara tidak langsung. Hilangnya kapasitas konsentrasi urin merupakan salah satu alat ukur yang paling sensitif untuk mengetahui kerusakan ginjal pada keadaan hipoperfusi (Brezis, 1995).
Medula ginjal bagian luar merupakan tempat utama kerusakan ginjal karena adanya hipoksia regional dan tubulus yang rentan terhadap hipoksia. Sedangkan medula bagian dalam mempunyai daya tahan yang lebih baik. karena struktur anatominya dan kebutuhan metabolismenya lebih rendah. Korteks bukan merupakan target karena lokasinya paling jauh dari asupan oksigen dan strukturnya susceptible (Shanley, 1986) Fragmentasi dan pembengkakan sel merupakan respon tubulus terhadap hipoksia. Perbedaan respon terhadap hipoksia berhubungan dengan perbedaan fungsi antara segmen-segmen nefron (Brezis,1993).
Derajat atrofi tubulus dan fibrosis interstisial, berhubungan dengan beratnya gagal ginjal. Fibrosis meningkat pada penyakit ginjal kronis yang berasal dari hipoksia intrarenal akibat peningkatan konsumsi oksigen pada nefron remnant. Hipoksia menyebabkan peningkatan ekspresi antigen dan pelepasan sitokin pada tubulus yang merangsang pembentukan kolagen intrarenal. Tidak ada alat yang dapat mengukur aliran darah atau oksigen intrarenal, sehingga hal ini hanya dapat diukur secara tidak langsung. Hilangnya kapasitas konsentrasi urin merupakan salah satu alat ukur yang paling sensitif untuk mengetahui kerusakan ginjal pada keadaan hipoperfusi (Brezis, 1995).
No comments:
Post a Comment