Saturday, January 04, 2020

Pencegahan Pre-eklampsia



Pencegahan Pre-eklamsia Pada dasarnya upaya pencegahan penyakit pre-eklamsia dapat dilakukan melalui 3 tahapan, yaitu : (1) Pencegahan primer yaitu upaya untuk menghindari terjadinya peyakit (2) Pencegahan sekunder yaitu memutus proses terjadinya penyakit yang sedang berlangsung sebelum timbul gejala atau kedaruratan klinis karena penyakit tersebut. (3) Pencegahan tersier yaitu pencegahan dari komplikasi yang disebabkan oleh proses penyakit, sehingga pencegahan ini juga merupakan tata laksana.
Pencegahan primer pre-eklamsia Pemeriksaan antenatal care dilakukan secara rutin untuk deteksi awal faktor-faktor resiko.3Berdasarkan pengumpulan beberapa studi pada PNPK tahun 2016 didapatkan 17 faktor yang terbukti meningkatkan risiko pre-eklamsia yang sebenarnya bisa dinilai pada kunjungan antenatal pertama, umur >40 tahun, nulipara, multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya, multipara dengan kehamilan oleh pasangan baru, multipara yang jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih, riwayat pre-eklamsia pada ibu atau saudara perempuan, kehamilan multiple, IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus), Hipertensi Kronik, Penyakit Ginjal, Sindrom antifosfolipid, kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau embrio, obesitas sebelum hamil; serta didapatkannya indeks massa tubuh >35, tekanan darah diastolic >80 mmHg, proteinuria (dipstick >+1 pada 2 kali pemeriksaan berjarak 6 jam atau secara kuantitatif 300 mg/24 jam) pada pemeriksaan fisik.

Pencegahan sekunder pre-eklamsia Agen antitrombotik : aspirin dosis rendah 60 mg per hari diberikan pada awal kehamilan pada pasien dengan resiko tinggi. Hal ini secara selektif mengurangi produksi tromboksan. Aspirin dosis rendah diketahui dapat menghambat siklooksigenase pada platelet dengan mencegah pembentukan tromboksan A2 tanpa mengganggu prostasiklin.3Penggunaan aspirin dosis rendah (75 mg/hari) direkomendasikan untuk prevensi pre-eklamsia pada wanita dengan risiko tinggi. Aspirin dosis rendah sebagai prevensi pre-eklamsia sebaiknya mulai digunakan sebelum usia kehamilan 20 minggu.6,7Suplementasi kalsium direkomendasikan terutama pada wanita dengan asupan kalsium yang rendah. Penggunaan aspirin dosis rendah dan suplemen kalsium direkomendasikan sebagai prevensi pre-eklamsia pada wanita dengan risiko tinggi terjadinya pre-eklamsia.3 Penelitian yang dilakukan Hofmeyr, dkk pada tahun 2010 pada wanita yang pre-eklamsia mendapatkan dosis 1 mg/hari sebagai dosis rekomendasi sebagai prevensi pre-eklamsia pada wanita dengan risiko tinggi.8Antioksidan, vitamin E dan C dan suplemen dengan magnesium, zinc, minyak ikan, dan diet rendah garam telah dicoba namun manfaatnya masih terbatas.3 Pada penelitian Rumbold, dkk tahun 2008 didapatkan hasil bahwa pemberian vitamin C dan E dosis tinggi tidak menurunkan risiko hipertensi dalam kehamilan, pre-eklamsia dan eklamsia.9Diet seimbang kaya protein mungkin dapat mengurangi resiko.3Heparin atau heparin low-molecular-wieghtbermanfaat pada wanita dengan trombofilia dan dengan kehamilan dengan resiko tinggi.

Diagram manajemen preeklamsia tanpa gejala pemberat
























Diagram manajemen preeklamsia dengan usia kehamilan di bawah 34 minggu
























Referensi

1.      Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran : Diagnosis dan Tata Laksana Pre-eklamsia. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Himpunan Kedokteran Feto Maternal.2016

2.      WHO recommendations for prevention and treatment of preeclampsia and eclampsia


3.      Dutta DC. Text book of Obstetrics including Perinatology and Contraception. 6th edition. New Central book agency India; 2015: pp256


4.      Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Hypertensive Disorders in Pregnancy. William Obstetrics. 22nd ed, McGraw-Hill Publisher; Chapter 34: 763-765



No comments:

Post a Comment